TULUS
(Pdt. Edy Pongoh)
Nats : Raja-raja 4:8-37
Dalam 2 Raja-Raja 4: 8-37 ini kita dapat melihat kisah mengenai seorang
perempuan Sunem. Pada waktu itu, Elisa sering mampir di suatu tempat bernama Sunem, dan suatu kali ia diundang makan oleh seorang wanita di
sana. Perempuan Sunem ini sangat suka melayani Elisa hamba
Allah. Hingga suatu
kali ia memutuskan untuk meningkatkan pelayanannya
tersebut.
Dibuatlah sebuah kamar dan diisilah kamar itu dengan lengkap. Ini dilakukannya meskipun Elisa tidak pernah menjanjikan sesuatu kepadanya atau karena telah mendapatkan sesuatu dari Elisa. Lalu mengapa ia mau melayani bahkan
meningkatkan pelayanannya? Jawabannya, karena dia tahu bahwa Elisa adalah hamba Allah. Sebab
ia tahu demikian, maka bukan hanya melayani seperti biasa bahkan pelayanan
tersebut ia up-grade sedemikian rupa.
Hal yang perlu
diperhatikan disini adalah, ketika perempuan Sunem itu melakukan pelayanannya, ia sama sekali tidak gelisah. Tetapi pelayanan
tersebut malah membuat hati Elisa gelisah, hingga Elisa memerintahkan Gehazi
bertanya pada perempuan itu: “Apakah yang dapat ku perbuat bagimu?” (Ayat 13).
Namun karena tidak mendapat jawaban, kemudian
Elisa bahkan bertanya pada Gehazi, bujangnya : “Apakah yang dapat kuperbuat
baginya?” (Ayat 14). Pada akhirnya Elisa mengetahui bahwa perempuan tersebut tidak memiliki
anak. Dan ia bernubuat bahwa perempuan itu akan melahirkan seorang anak.
Kita dapat belajar dari kisah ini, bahwa kita
harus melayani dengan ketulusan. Jangan sekalipun dalam pelayanan, persembahan, perpuluhan, ataupun dalam waktu-waktu kita
untuk Tuhan kita membicarakan soal untung-rugi atau hitung-hitungan.
Dalam Markus 11:15-17 disebutkan bahwa Yesus sangat marah ketika Rumah Tuhan dijadikan sarang penyamun. Sarang penyamun menandakan ada hitung-hitungan di dalamnya. Yesus berkata bahwa Rumah Tuhan adalah rumah doa bagi segala bangsa, dimana segala mujizat, kesembuhan, pemulihan dan segala yang Tuhan anugerahkan, yang diberikan melalui hamba Tuhan diberikan secara gratis, free, cuma-cuma oleh Tuhan. Tapi mengapa masih ada hitung-hitungan di dalam melayani?
Firman Tuhan mengatakan bahwa wanita Sunem ini melayani dengan tulus hati, tidak ada hitung-hitungan, tidak ada untung-rugi, tidak ada bisnis di dalamnya.
Melayani Tuhan dengan motivasi yang benar yaitu
mengasihi & memberi yang terbaik
untuk-Nya.
Ingatlah, meskipun ada gelombang tantangan dalam saudara melayani, datang
beribadah, memberikan persembahan, namun Tuhan selalu
memperhitungkan itu.
Seperti yang juga
terjadi pada perempuan Sunem. Ketika anaknya bermasalah, bahkan telah mati namun ia tetap yakin bahwa
Tuhan yang dilayani, Elisa yang ia layani tidak akan tinggal diam. Ia datang
kepada Elisa dan dengan ketulusannya, ia yakin tidak akan terjadi apa-apa
kepada anaknya. Bahkan saat ditanya: “selamatkah anak itu?” Jawab perempuan itu
: “Selamat!” (Ayat 26) meski
ia sudah mengetahui bahwa anaknya di rumah telah mati. Selanjutnya, dengan imannya yang luar biasa itu,
menggerakkan hati Elisa untuk bangkit dan berdoa sehingga anak itu pun hidup
kembali.
Biarlah mulai hari ini kita dengan tulus dan
dengan iman melayani Tuhan. Ketika kita menghadapi masalah, yakinlah bahwa kita akan mendapat pertolongan. Jangan pernah ada hitung-hitungan di dalamnya, sebab kemarahan Yesus yang paling besar adalah ketika ada perhitungan untung-rugi dalam bait Allah.
Jika Saudara mengasihi dan melayani Tuhan dengan ketulusan, ingatlah, bahwa Tuhan akan bertanya kepada Saudara: “Apakah
yang dapat Ku perbuat bagimu?” Ingatlah, pertanyaan itu hanya
ditujukan pada orang-orang yang dengan tulus melayani.
Mengapa sulit menemukan seorang yang
tulus hati? Pada zaman ini, sulit bagi kita untuk bisa menemukan seorang yang
hidup dengan hati yang tulus, karena dunia ini telah tercemar dosa. Dunia lebih
banyak dipenuhi oleh orang-orang yang berhati licik, curang, dan fasik, yang
dengan tidak segan-segan berusaha memangsa, memperalat dan menghancurkan orang
lain, daripada oleh orang-orang yang berhati tulus. Dunia yang semacam itu
membuat kita bisa menyaksikan begitu banyak orang yang hidupnya hancur, tawar
hati, dan putus asa. Tidak jarang kita menemukan seorang yang semula berhati
tulus, tetapi kemudian mengalami berbagai kekecewaan dan berubah menjadi
seorang yang licik, kejam dan jahat. Bahkan, banyak pula orang Kristen yang
memiliki kerinduan/cita-cita untuk memiliki hati yang tulus, namun kerinduan
tersebut tidak pernah menjadi kenyataan seumur hidupnya.
Mengapa orang Kristen pun banyak
yang tidak berusaha untuk hidup dengan hati yang tulus? Salah satu alasan
adalah karena mereka tidak memiliki kesadaran bahwa sesungguhnya Tuhan melihat
seluruh kehidupan manusia. Tanpa sadar, kita sering beranggapan bahwa Tuhan
hanya mengawasi kita saat kita berada di gereja. Firman Tuhan mengingatkan bahwa sesungguhnya Tuhan itu
memperhatikan keseluruhan kehidupan kita. Tidak ada sesuatu pun yang
tersembunyi bagi-Nya. Ia melihat sampai ke dalam hati kita. Ia menghargai
ketulusan kita. Ia mengasihi orang yang tulus hati, bahkan Ia menjadi tempat
perlindungan bagi orang yang tulus hati.
Amin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar