SELAMAT DATANG DI GPdI GILGAL MATARAM, JIKA ANDA BELUM BERJEMAAT DI GEREJA MANAPUN SILAHKAN DATANG dan BERIBADAH DI TEMPAT KAMI- -ALAMAT KAMI Jl. Pariwisata no. 4- -MARI MENGENAL YESUS LEBIH DALAM LAGI SUPAYA HIDUP KITA DIUBAHKAN dan DIPERBAHARUI- -SETIAP PERGUMULAN dan BEBAN BERAT YANG KITA HADAPI TUHAN SANGGUP MENOLONGNYA- -TUHAN YESUS MENGASIHI ANDA-. -PUJI TUHAN !!

kunjungi -VIDEO- utk melihat Kotbah / Paduan Suara / VG / Angklung GPdI Mataram


KASIH DALAM KELUARGA 
KEJADIAN 24:67
( Ibadah Raya 21 Agustus 2016 - Pdt. Yoyong Ch. Santosa )



Dalam Alkitab sulit ditemukan gambaran keluarga ideal yang dapat dijadikan contoh. Seperti Abraham yang disebut Bapa orang percaya, istrinya lebih dari satu. Ishak dan Ribka, ternyata juga memiliki keluarga yang rumit. Bahkan Rasul Paulus yang diberikan ilham oleh Allah untuk menuliskan dasar bagaimana harus berumah tangga pun ternyata tidak menikah.

Lalu suatu gambaran contoh keluarga yang ideal, yang sesuai dengan Firman itu seperti apa?
Ketika sebuah pasangan memasuki kehidupan rumah tangga yang baru, tentu ada sangat banyak harapan dan sejuta impian yang indah dalam pikiran mereka. Mulai dari kehidupan yang membaik, ekonomi, juga tentang keturunan. Tapi tidak sedikit juga akhirnya harapan itu hanya tinggal harapan saja.

       Ishak dan Ribka yang rumah tangganya dibangun atas dasar cinta (ayat nats), semuanya
dimulai dengan indah. Ishak yang adalah putra tunggal Abraham, dengan kekayaan berlimpah, telah memilih Ribka dengan seleksi yang cukup ketat. Jika dilihat, mereka merupakan pasangan yang cukup ideal. Namun di setiap keluarga pasti memiliki riak-riak permasalahannya sendiri.
       Riak-riak dalam rumah tangga mereka mulai muncul ketika Ribka diketahui mandul. Ketika Ishak dan Ribka menikah, Ishak berumur 40 tahun (Kejadian 25:20), dan Ishak berumur 60 tahun ketika anak-anaknya lahir (Kejadian 25:26), ini berarti Ribka mandul kira-kira selama 20 tahun.
Kemudian, apakah masalah selesai ketika akhirnya Ribka mengandung? Ternyata tidak. Ribka tidak tahan dengan bayi dalam kandungannya yang selalu bertolak-tolakan, sakit yang luar biasa dirasakan oleh Ribka sampai ia ingin mati rasanya (Kejadian 25:22-23).     Dalam Kejadian 25:24-28 kita dapat melihat kedua anak kembarnya lahir. Esau yang sulung berwarna merah dan berbulu, berkembang menjadi seorang yang kasar tidak hanya fisik tetapi juga sifatnya. Ia suka tinggal di padang dan menjadi kesayangan ayahnya. Sementara Yakub, memiliki sifat lebih tenang, ialebih suka tinggal di kemah dan menjadi kesayangan ibunya. Tapi sayangnya dengan kelahiran dua anak ini, hubungan Ishak dan Ribka malah meregang. . Keluarga Ishak dan Ribka terpecah menjadi dua dunia kecil yang terpisah, dunia milik Ishak-Esau dan dunia milik Ribka-Yakub.
Kemudian masalah semakin parah saat Yakub menerima berkat hak kesulungan dari ayahnya. Ribka sebagai ibu mungkin mengerti mengapa Allah lebih memilih Yakub, karena Esau seringkali mengganggap sesuatu tidak penting, ia juga mengambil perempuan - perempuan kafir sebagai istri (Kejadian 26:34-35), hal itu sangat tidak sukai oleh Ishak dan Ribka. Tetapi Yakub yang meskipun mendapat berkat kesulungan dari cara yang licik, namun kehidupannya tetap diarahkan kepada Allah.
     Mungkin kita sebagai orang luar, mudah saja berkata ‘Sayang sekali Ribka, kenapa dia tidak membicarakan tentang janji Allah yang ia dengar kepada suaminya dengan baik-baik? Pasti suaminya mau mengerti, dan hal buruk tidak akan terjadi. Namun kenyataannya, dua saudara ini malah tidak akur, hubungan Ishak dan Ribka semakin jauh, wibawa seorang ibu dari  Ribka  semakin berkurang, dan keluarga ideal ini akhirnya berantakan.
Dimana letak kesalahannya? Apakah kesalahannya terletak di Allah yang mempertemukan mereka? Tuhan tidak pernah merencanakan hal buruk, bahkan Tuhan membenci perceraian (Maleakhi 2:16).
Kesalahan terletak pada manusianya yang tidak bisa menjaga dengan baik berkat yang Tuhan berikan.
Ada beberapa hal yang menyebabkan hubungan keluarga Ishak dan Ribka yang seharusnya ideal ini akhirnya gagal:
1. Ishak adalah seorang yang sangat kaya raya, dan sangat sibuk. Itulah sebabnya Ribka lebih sering menghabiskan waktu hanya dengan Yakub. Ishak gagal menjadi suami yang baik dan bijaksana. Padahal yang perlu diperhatikan disini adalah tanggung jawab untuk membesarkan anak-anak adalah tanggung jawab bersama suami dan istri, bukan tanggung jawab istri saja, dan juga bukan tanggung jawab kakek-nenek.
2. Ribka memiliki paras yang cantik, namun itu bukan hal yang menentukan dalam pernikahan. Kecantikannya malah membuat Ishak tidak nyaman, Ishak takut mengakui Ribka sebagai istrinya (Kejadian 26:7). Seharusnya Ishak berani dan sebagai seorang suami mengakui Ribka sebagai istrinya. Ketika kadar kasih Ishak kepada Ribka menurun, maka kadar hormat dan kepercayaan Ribka juga menurun. Sudah tidak ada lagi saling percaya dan menghargai dari keduanya.
3. Ishak dan Ribka tidak memperhatikan pentingnya komunikasi. Seharusnya mereka dapat berunding sebelum memutuskan sesuatu yang penting. Dengan berbicara, menimbang, bertukar pikiran dengan pasangan maka masalah besar akan dapat teratasi. Sebaliknya, jika tidak ada komunikasi maka masalah kecil dapat menjadi bom yang besar.
4. Hubungan suami istri hanya dapat dipisahkan oleh maut, bagaimana pun kondisi pasangan dan lamanya usia pernikahan itu. Hubungan yang akrab antara ayah dan ibu akan menimbulkan rasa hormat dan kesatuan anak-anak dan keluarga. Orang tua akan memiliki wibawa, dan tidak hanya bisa menasehati dengan kata-kata tetapi juga menjadi contoh dan teladan yang baik bagi anak-anak.
Dari keluarga Ishak dan Ribka kita banyak belajar apa yang harus diperbaiki dalam rumah tangga. Kita dituntut menerima dan mengasihi pasangan kita. 1 Petrus 4:8 dikatakan bahwa kasih menutupi banyak sekali dosa, dan dalam 1 Korintus 13 mengenai KASIH saat keluarga kita perlu pemulihan. Seandainya kasih ini ada dalam keluarga Ishak dan Ribka, tentu keluarga ini akan menjadi contoh keluarga yang ideal. Amin.  






Tidak ada komentar:

Posting Komentar